Sabtu, 27 Oktober 2012

RETORIKA

Di balik Retorika

Dari tampilan luar, mungkin tidak dapat disadari secara langsung bahwa kemampuannya dalam hal ber-retorika sangat baik. Dan hal itu pula yang aku lihat pertama kali.
Ketika kata demi kata terangkai, akhirnya aku tersentak kaget dan bergumam dalam hati "diplomatis sekali".
Mungkin kalian sebut aku "lebay", tapi itulah yang aku rasakan ketika aku pertama melihat dan mendengarnya.
Pengen rasanya belajar ber-retorika, bukan untuk urusan diplomatik atau hal-hal yang berbau politik. Hanya sekedar melatih lidah ini untuk berkata secara sistematis.
Itu yang menjadikan nilai "plus" buatnya, bahkan ada nila-nilai plus yang lain yang belum aku gali darinya.
Dan lagi, mungkin ini bisa diistilahkan "jatuh cinta pada pandangan pertama". Dan sampai saat ini pun, Q masih tetap mengaguminya. Aku gak tahu sampai kapan, yang paling penting adalah "kamu" adalah guru yang selalu aku nanti-nantikan ilmunya whenever and whereever.
Yogyakarta, 27 Okt 2012 ^^

Rabu, 04 April 2012

model pembelajaran role playing


BAB I
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Ilmu Kimia merupakan bidang ilmu baru bagi siswa kelas X. Oleh karena itu  perlu dikenalkan dan ditanamkan konsepnya kepada siswa sejak awal . Selain itu mareri kimia yang sebagian besar bersifat abstrak cukup menyulitkan guru dalam menanamkan konsep.
Untuk itu  seorang guru harus pandai memanfaatkan situasi sehingga membuat siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran dengan baik .
Menurut data yang ada bahwa Proses Belajar Mengajar selama ini cenderung berlangsung secara konvensional atau menggunakan strategi pembelajaran tradisional artinya kebanyakan guru hanya mentransformasi ilmu ke siswa dengan menggunakan metode ceramah saja. Padahal sesuai kurikulum 2004 yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi guru dituntut untuk menjadikan peserta didik mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan standar yang ditetapkan dengan mengintegrasikan life skill, sedang guru hanya bertindak sebagai fasilitator saja.
Pada mulanya istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Misalnya seorang manajer atau pimpinan perusahaan yang menginginkan keuntungan dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam mencapai tujuannya itu, seorang pelatih akan tim basket akan menentukan strategi yang dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu pertandingan. Begitu juga seorang guru yang mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran juga akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik. Stretegi pembelajaran merupakan langkah-langkah untuk penentuan dan pengurutan kondisi dalam kegiatan pembelajaran. Strategi pembelajaran berinteraksi dengan situasi belajar. Strategi pembelajaran merupakan suatu pendekatan dalam mengorganisasikan komponen-komponen pembelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang baik adalah strategi yang mampu mengkondisikan segala aspek perbedaan peserta didik baik yang menyangkut kecerdasan, perbedaan individu, latar belakang, kemampuan dan segala aspek yang ada pada anak didik. Dewasa ini di persekolahan, kemampuan otak siswa kadang kurang diperhatikan padahal kemampuan otak manusia adalah tidak terbatas. Namun banyak orang yang tidak mampu mengolahnya sampai kepada penggunaan yang optimal, sehingga hasil yang dicapai juga kurang maksimal. Hal ini disebabkan karena strategi pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran kurang merangsang kepada penggunaan otak secara keseluruhan.
Kenyataan di lapangan banyak siswa yang sebenarnya memiliki kecerdasan yang tinggi namun tidak dapat diberdayakan sebaik mungkin, sehingga dalam belajar ia tidak mencapai hasil belajar yang baik. Ada anak yang memiliki kecerdasan tinggi namun karena strategi pembelajaran yang kurang sesuai dengan perkembangannya menjadikan pebelajar tersebut berada di tingkat bawah. Namun sebaliknya ada anak yang memiliki kecerdasan menengah dapat berhasil dalam pembelajaran karena strategi pembelajaran yang digunakan sesuai dengan kebutuhannya.
Secara umum cara anak belajar menurut Schmith adalah sebagai berikut :
·         - anak- anak belajar sambil bermain
·         - Anak-anak belajar melalui pengalaman langsung, melihat, menyentuh, meraba,   mencium,
·         - anak-anaka belajar berkomunikasi dengan mengobrol
·         - anak-anak belajar dengan mencoba memecahkan masalah sungguhan
·         - anak-anak tahu bahwa menyelidik dan menjelajah bermanfaat bagi mereka
Dari kutipan tersebut terlihat tentang cara-cara anak dalam belajar. Jadi untuk menjadikan anak sukses belajar maka strategi yang diciptakan juga harus mempedomani tentang bagai mana cara anak sebenarnya belajar. Penekanan yang paling penting adalah kondisikan anak saat belajar benar-benar seperti apa kenyatannya. Sesuai dengan prinsip mereka belajar. Karenanya, penerapan metode role playing sangat tepat dalam mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar karena  proses pembelajaran dilakukan dengan cara yang yang unik dan asyik. Sebaliknya, kesalahan dalam menerapkan metode pembelajaran akan berakibat fatal pada kepahaman peserta didik.
BAB II
ISI
1.      DASAR TEORI
Metode role playing merupakan turunan atau jenis dari metode simulasi. Metode ini, seperti banyak metode lainnya, pada hakikatnya diangkat dari situasi kehidupan. Kanak-kanak  atau bahkan remaja dan orang dewasa pun sering melakukannnya dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan dunia kerja (Sudirman, dkk., 1987).
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar  dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya (Sanjaya, 2010).
Apabila kita perhatikan, kanak-kanak sering dihadapkan pada berbagai alat permainan, bermain dengan alat-alat permainan itu dengan memberikan peranan masing-masing pada setiap alat permainan itu, termasuk dirinya. Misalkan dia berperan sebagai ibu, bonekanya atau benda tertentu sebagai anak, kemudian “anak” digendong sambil mengucapkan kata “sayang”, “bobok”, dan sebagainya. Anak-anak sering bermain kucing-kucingan dan lain-lain. Remaja dan orang dewasa sering melakukan permainan sandiwara atau memberi contoh dengan membuat situasi tiruan tertentu. Semuanya adalah kenyataan dalam kehidupan yang menggunakan simulasi (Sudirman, dkk., 1987).
Dilihat dari berbagai tiruannya, terdapat beberapa jenis simulasi. Dan diantara beberapa simulasi itu, role playing yang akan menjadi sorotan pada pembahasan kali ini.
Role playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain. Dalam role playing murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid. Jika murid secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari. Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi.
Selain itu, role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang (Sanjaya, 2010). Dengan memerankan satu atau beberapa peran tertentu, diharapkan para siswa dapat melakukan peranan yang dituntut dalam usaha pemecahan masalah itu.
Menurut Mel Silberman (2005) dalam bukunya “Active Learning” menjelaskan tentang Triple Role Playing atau bermain peran tiga model. Dalam teknik ini dikembangkan permainan peran tradisional dengan memanfaatkan tiga peserta didik yang berbeda dalam situasi permainan peran yang sama. Ia menunjukkan pengaruh variasi gaya individual berdasarkan situasi hasil.
Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan role playing sebagai metode menggajar, diantaranya :
1.      Siswa beebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh
2.      Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda
3.      Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4.      Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. 
5.      Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias 
6.      Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
7.      Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri 
8.      Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja
Selain itu, ada juga beberapa kelemahan dari metode role playing :
1.      Metode bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak 
2.      Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid.
3.       Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu
4.      Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai 
5.      Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini
(www. edusogem.blogspot.com. Diakses tanggal 14 April 2011 jam 16.16 WIB).

2.      SYNTAX

Kegiatan Guru
Kegiatan Peserta Didik
-          Menentukan topik
-          Mendengarkan dengan seksama
-          Menunjuk dua/lebih peserta didik untuk memerankan karakter (waktu 10-15 menit)
-           Bagi peserta didik yang ditunjuk    segera maju untuk mengambil sekenario dan mempelajarinya.
-          Meminta peserta didik yang berperan untuk bertukar peran
-          Bagi peserta didik yang berperan segera bertukar peran
-          Meminta peserta didik memainkan sekenario di depan kelas
-          Bagi peserta didik yang lain mengamati dan menuliskan tanggapan mereka
-          Menghentikan role play ketika sudah mencapai puncak tinggi/dirasa sudah cukup
-          Bagi pemeran segera menghentikan peran.
-          Bertanya pada peserta didik tentang kesimpulan dari permainan peran
-          Memberikan kesimpulan
-          Mengklarifikasi kesimpulan dari permainan
-          Mendengarkan dan mencatat
-          Memberi kesempatan pada peserta didik untuk bertanya
-          Mengangkat tangan dan bertanya
-          Melakukan tindak lanjut dari hasil permainan peran
-          Mendengarkan, memahami, dan mengaplikasikan

3.      MATERI
Unsur-unsur gas mulia bersifat stabil atau sangat sukar bereaksi. Di alam tidak ditemukan satupun senyawa dari unsur gas mulia yang berhasil dibuat. Sementara itu, jika anda periksa senyawa dari unsur selain gas mulia, mungkin anda akan menemukananya. Semua unsur selain gas mulia ternyata membentuk senyawa. Bahkan banyak unsur  seperti natrium, kalium, fluorin, dan klorin yang secara alami hanya terdapat sebagai persenyawaan. Unsur-unsur tersebut  dikatakan bersifat reaktif.
1.      Aturan Oktet
Seperti telah disebutkan di atas, tidak ditemukan satupuun senyawa alami dari gas mulia. Semua unsur gas mulia terdapat di alam sebagai gas monoatomik (atom-atomnya berdiri sendiri). Mengapa unsur gas mulia bersifat stabil? G. N. Lewis dan W. Kossel mengaitkan kestabilan gas mulia dengan konfigurasi elektronnya. Gas mulia mempunyai konfigurasi penuh, yaitu konfigurasi oktet (mempunyai 8 elektron pada kulit luar), kecuali helium dengan konfigurasi duplet (dua elektron pada kulit luar) (Perhatikan Tabel 1).
Tabel 1. Konfigurasi Elektron Unsur-unsur Gas Mulia
Periode
Unsur
Nomor atom
K
L
M
N
O
P
1
He
2
2





2
Ne
10
2
8




3
Ar
18
2
8
8



4
Kr
36
2
8
18
8


5
Xe
54
2
8
18
18
8

6
Rn
86
2
8
18
32
18
8

Unsur-unsur lain selain unsur gas mulia menunjukkan suatu kecenderungan untuk menjadikan konfigurasi elektronnya sama seperti gas mulia terdekat. Kecenderungan ini  disebut aturan oktet. Konfigurasi oktet dapat dicapai dengan cara serah-terima atau pemasangan elektron, yaitu ketika atom-atom membentuk ikatan.
Contoh : Reaksi natrium dengan klorin membentuk natrium klorida. Perhatikan konfigurasi elektron natrium, neon, klorin, dan argon berikut ini:
10Ne :  2   8
11Na : 2  8   1     dengan melepas 1 elektron akan sama dengan konfigurasi          elektron neon
17Cl  : 2   8  7        dengan menyerap 1 elektron akan sama dengan    konfigurasi elektron argon
18Ar    :  2     8    8
Dibandingkan dengan konfigurasi gas mulia terdekat (yaitu neon), natrium kelebihan 1 elektron. Sebaliknya, klorin kekurangan 1 elektron. Ketika natrium direaksikan dengan klorin, maka 1 elektron berpindah dari atom natrium ke atom klorin.
Serah terima elektron menghasilkan apa yang kita sebut dengan ikatan ion, sedangkan pemasangan elektron menghasilkan ikatan kovalen (Purba, 2006).
2.      Lambang Lewis
Lambang Lewis adalah lambang atom disertai elektron valensinya. Lambang Lewis untuk unsur-unsur periode 2  sebagai berikut ( lihat Tabel 2).
clip_image002_thumb.gifTabel 2. Lambang Lewis Unsur-unsur periode 2



Sumber : wanibesak.wordpress.com/2010/11/01/kaidah-oktet-dan-duplet/. Diakses tanggal 14 April 2011 jam 15.31 WIB

Lambang Lewis unsur gas mulia menunjukkan 8 elektron valensi yang terbagi dalam 4 pasangan. Lambang Lewis unsur dari golongan lain menunjukkan adanya elektron tunggal (elektron yang belum berpasangan).


3.      Ikatan Ion atau Ikatan Elektrovalen
Dari ilmu fisika, kita mengenal hukum Coulomb yang mengatakan bahwa muatan sejenis akan saling tolak-menolak, sedangkan muatan yang berbeda akan saling tarik-menarik. Gaya tarik menarik antar ion yang berbeeda muatan kita sebut ikatan ion. Ikatan ion disebut juga ikatan elektrovalen. Contoh ikatan ion terdapat dalam natrium klorida (NaCl) yang terdiri atas ion Na+ dan Cl-. Ion-ion tersebut dikukuhkan oleh gaya tarik-menarik listrik sesuai dengan hukum Coulomb.
Pada subbab sebelumnya, telah disebutkan bahwa ikatan antara natrium dan klorin terjadi karena serah-terima elektron. Hal itu dapat terjadi karena natrium marupakan logam yang relatif mudah melepas elektron (mempunyai energi ionisasi yang relattif kecil), sedangkan klorin merupakan nonlogam dengan afinitas elektron (daya tarik elektron) yang besar. Ketika natrium bereaksi dengan klorin, atom klorin menarik satu elektron dari atom natrium. Atom natrium berubah menjadi ion positif, sedangkan atom klorin berubah menjadi ion negatif. Selanjutnya, ion-ion yang berbeda muatan itu saling tarik-menarik, sehingga terbentuklah senyawa NaCl (Purba, 2006).
Dengan menggunakan lambang Lewis, pembentukan NaCl digambarkan  sebagai berikut :
Link3_clip_image007.jpg






Sumber: www. kimia.upi.edu. Diakses tanggal 14 April 2011 jam 15.48 WIB

Unsur apa saja yang dapat membentuk ikatan ion? Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ikatan ion hanya dapat terjadi jika unsur-unsur yang direaksikan mempunyai perbedaan daya tarik elektron (keelektronegatifan) yangg cukup besar. Perbedaan daya tarik elektron yang cukup besar memungkinkan terjadinya serah-terima elektron.
Hal seperti itu terjadi antara unsur-unsur logam dengan nonlogam. Logam memiliki keelektronegatifan yang relatif kecil, sedangkan nonllogam mempunyai keelektronegatifan relatif besar. Meski ada beberapa pengecualian, untuk sementara dapatlah kita anggap bahwa senyawa biner antara logam dengan nonlogam bersifat ionik (berikatan ion).
Mengapa rumus kimia natrium klorida adalah NaCl (Na : Cl  = 1 : 1)?
Perhatikan kkembali konfigurasi elektron natrium dan klorin berikut :
11Na : 2            8          1
17Cl  : 2            8          7
Sesuai dengan aturan oktet yang telah dibahas di atas, atom natrium akan melepas 1 elektron, sedangkan atom klorida akan menyerap 1 elektron. Jadi, setiap 1 atom klorin membutuhkan 1 atom natrium. Akan tetapi, jangan diartikan bahwa satu ion Na+ hanya terikat pada satu ion Cl-. Dalam kristal NaCl, setiap ion Na+ dikelilingi oleh 6 ion Cl- dan setiap ion Cl- dikelilingi oleh 6 ion Na+ dalam suatu struktur tiga dimensi berbentuk kubus (lihat Gambar 3). Rumus kimia NaCl adalah rumus empiris, menyatakan bahwa perbandingan ion Na+ : ion Cl- = 1 : 1 (Purba, 2006).
Gambar 3. Struktur NaCl
kristalnacl.jpg






Sumber : www. kimia.upi.edu. Diakses pada tanggal 14 April 2011 jam 16.09 WIB

Sifat-sifat dari ikatan ionik adalah :
1. Titik leleh dan titik didih tinggi
2. Lelehan dan larutannya menghantarkan listrik
3. Berwujud padat pada temperatur kamar
(www. chem-is-try.org. Diakses pada tanggal 14 April 2011 jam 16.19 WIB)

4.      ARGUMEN
Selama ini banyak anggapan bahwa untuk menanamkan konsep ikatan kimia pada siswa cukup sulit, untuk itu salah satu konsep yang penulis anggap paling mewakili adalah pembelajaran dengan menggunakan metode role playing. Dengan metode ini penulis berharap bahwa siswa akan termotivasi sehingga mampu menerima dan mencerna materi dengan lebih mudah. Selain itu dengan metode ini peneliti  berharap agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan nyaman dan menyenangkan.
Sehubungan dengan hal diatas maka untuk meningkatkan motivasi belajar siswa tentunya minat terhadap materi pembelajaran ikatan kimia (ikatan ion) dimunculkan dulu dengan memperhatikan kebutuhan mereka. Oleh karena saat ini siswa lebih suka hal-hal yang bersifat ringan dan menyenangkan, maka guru mengaitkan hal diatas dengan penggunaan metode role playing sebagai alternatif pemecahannya.
Frank Lyman (1985) memberikan langkah-langkah metode role playing sebagai berikut :
1.      Guru menyusun skenario yang akan ditampilkan
Skenario yang disiapkan berisi tentang materi ikatan ion, dimulai dari proses pembentukan ion sampai terbentuknya ikatan.
2.      Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran
3.      Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran
4.      Membentuk kelompok siswa yang anggotanya terdiri + 5 orang pada tiap-tiap kelompok
5.      Memanggil siswa yang ditunjuk untuk memerankan skenario
6.      Masing-masing siswa duduk di kelompoknya sambil memperhatikan skenario yang dimainkan
7.      Selesai pementasan masing-masing kelompok berdiskusi untuk mengambil kesimpulan sekaligus mengerjakan LKS
8.      Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
9.      Guru memvalidasi kesimpulan secara umum
10.  Evaluasi.

Dalam pokok bahasan ikatan kimia dan lebih khusus lagi ikatan ionik, metode role playing dapat menjadi alternatif dalam memahami bagaimana ikatan ion terbentuk, bahkan sampai pembentukan ion-ion negatif atau positif. Metode ini cukup cocok karena dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan simulasi (permainan peran) dari pembentukan ion sampai pembentukan ikatan ion. Peserta didik juga  lebih antusias dan paham ketika melihat simuulasi yang dilakukan, bahkan hal ini akan teringat sampai kapanpun.

Skenario Pembelajaran
Pembentukan Ikatan Ion
Na  keluar dengan membawa kartu yang mewakili jumlah electron yang dimiliki.
Na       : “ Halo, saya bernama Natrium. Saya punya 11 elektron sehingga saya punya 3 kulit. Coba lihat ( sambil menunjukkan kartunya ). Tapi saya ingin stabil, tentunya teman-teman tahu kan caranya menjadi stabil ? Nah, sebaiknya kartuku yang satu ini saya buang saja ya ( sambil membuang satu kartunya ). Nah sekarang saya sudah menjadi ion Na+ .”
Cl  keluar dengan membawa kartu yang mewakili jumlah electron yang dimiliki.
Cl        : “ Hey, nama saya klor. Saya punya 17 buah electron. Jumlah kulit saya juga 3 lho ( sambil memperlihatkan kartunya ). Saya punya 7 elektron valensi. Seperti halnya Natrium , saya juga ingin stabil. Tapi kalo saya harus membuang 7 elektron bisa-bisa energiku terkuras habis, maka sebaiknya saya ambil satu electron saja dari luar supaya electron valensiku menjadi 8. Nah, gimana kalo punyamu yang kamu buang tadi saya ambil saja, toh kamu nggak membutuhkan lagi, boleh nggak ?”
Na       : “ Okelah, toh saya sekarang sudah tidak butuh lagi. Nih ambil.”
Cl        : (sambil mengambil kartu milik Na yang dibuang ) “ Wah, makasih ya, sekarang saya telah menjadi ion negatif. Jadi sekarang saya punya nama baru , mau tahu nggak ? Yah, namaku sekarang menjadi ion klorida.”
Na       : “ O iya, tadi kamu kan sudah keberi satu elektronku. Sekarang kamu sudah menjadi ion negatif, sementara aku ion positif. Gimana kalo kita bersatu saja, setuju nggak? Maksudku kita ini saling mengikatkan diri gitu lho.”
Cl        : Gimana ya , okelah aku setuju. Toh ini saling menguntungkan bagi kita.”
Na dan Cl saling berdekatan kemudian bergandengan tangan.
Na dan Cl       : “ Nah teman-teman, sekarang kami sudah bersatu. Kami saling berikatan satu sama lain dengan ikatan ion karena kami terbentuk dari ion positif dan ion negatif. Perlu teman-teman ketahui ya, senyawa yang kami bentuk ini namanya senyawa ion.”
Na dan Cl masuk kembali tetap dengan bergandengan tangan.









BAB III
PENUTUP
1.      KESIMPULAN
Metode role playing merupakan turunan atau jenis dari metode simulasi. Metode ini, seperti banyak metode lainnya, pada hakikatnya diangkat dari situasi kehidupan. Kanak-kanak  atau bahkan remaja dan orang dewasa pun sering melakukannnya dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan dunia kerja
Dalam role playing murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid. Jika murid secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari. Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi.
Dengan metode role playing  siswa akan termotivasi sehingga mampu menerima dan mencerna materi ikatan kimia (ikatan ion) dengan lebih mudah. Selain itu dengan metode ini peneliti  berharap agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan nyaman dan menyenangkan.

2.      SARAN
a.       Sebaiknya setiap guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan.
b.      Dalam setiap kegiatan pembelajaran sebaiknya guru selalu memberikan dorongan pada siswa agar lebih termotivasi dalam mengikuti KBM.
c.       Seharusnya guru tidak segan untuk selalu memberikan penghargaan kepada siswa supaya lebih termotivasi.




BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Purba, Michael. 2006. KIMIA untuk SMA Kelas X Semester 1. Jakarta: Erlangga
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group
Silberman, Mel. 2005. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Yappendis
Sudirman, dkk,. 1987. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remadja Karya
Hadfield, J. 1986. Harap’s communication games. Australia: Thomas Nelson and Son Ltd. www.http://gooogle/wordpress.com. diakses tanggal 19 November 2009.
www. chem-is-try.org. Diakses pada tanggal 14 April 2011 jam 16.19 WIB
www. kimia.upi.edu. Diakses tanggal 14 April 2011 jam 15.48 WIB
wanibesak.wordpress.com/2010/11/01/kaidah-oktet-dan-duplet/. Diakses tanggal 14 April 2011 jam 15.31 WIB
www. edusogem.blogspot.com. Diakses tanggal 14 April 2011 jam 16.16 WIB