BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR
BELAKANG
Ilmu Kimia merupakan
bidang ilmu baru bagi siswa kelas X. Oleh karena itu perlu dikenalkan dan ditanamkan konsepnya
kepada siswa sejak awal . Selain itu mareri kimia yang sebagian besar bersifat
abstrak cukup menyulitkan guru dalam menanamkan konsep.
Untuk itu
seorang guru harus pandai memanfaatkan situasi sehingga membuat siswa
termotivasi dalam mengikuti pembelajaran dengan baik .
Menurut
data yang ada bahwa Proses Belajar Mengajar selama ini cenderung berlangsung
secara konvensional atau menggunakan strategi pembelajaran tradisional artinya
kebanyakan guru hanya mentransformasi ilmu ke siswa dengan menggunakan metode
ceramah saja. Padahal sesuai kurikulum 2004 yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi
guru dituntut untuk menjadikan peserta didik mampu mendemonstrasikan
pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan standar yang ditetapkan dengan
mengintegrasikan life skill, sedang guru hanya bertindak sebagai fasilitator
saja.
Pada mulanya istilah
strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara
penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan.
Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang
bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Misalnya seorang manajer atau pimpinan perusahaan yang menginginkan keuntungan
dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam mencapai
tujuannya itu, seorang pelatih akan tim basket akan menentukan strategi yang
dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu pertandingan. Begitu juga seorang
guru yang mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran juga akan
menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang
terbaik. Stretegi pembelajaran merupakan langkah-langkah
untuk penentuan dan pengurutan kondisi dalam kegiatan pembelajaran. Strategi
pembelajaran berinteraksi dengan situasi belajar. Strategi pembelajaran
merupakan suatu pendekatan dalam mengorganisasikan komponen-komponen
pembelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang baik adalah strategi yang
mampu mengkondisikan segala aspek perbedaan peserta didik baik yang menyangkut
kecerdasan, perbedaan individu, latar belakang, kemampuan dan segala aspek yang
ada pada anak didik. Dewasa ini di persekolahan, kemampuan otak siswa kadang
kurang diperhatikan padahal kemampuan otak manusia adalah tidak terbatas. Namun
banyak orang yang tidak mampu mengolahnya sampai kepada penggunaan yang
optimal, sehingga hasil yang dicapai juga kurang maksimal. Hal ini disebabkan
karena strategi pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran kurang
merangsang kepada penggunaan otak secara keseluruhan.
Kenyataan di lapangan banyak siswa yang sebenarnya
memiliki kecerdasan yang tinggi namun tidak dapat diberdayakan sebaik mungkin,
sehingga dalam belajar ia tidak mencapai hasil belajar yang baik. Ada anak yang
memiliki kecerdasan tinggi namun karena strategi pembelajaran yang kurang
sesuai dengan perkembangannya menjadikan pebelajar tersebut berada di tingkat
bawah. Namun sebaliknya ada anak yang memiliki kecerdasan menengah dapat
berhasil dalam pembelajaran karena strategi pembelajaran yang digunakan sesuai
dengan kebutuhannya.
Secara umum
cara anak belajar menurut Schmith adalah sebagai berikut :
·
- anak- anak belajar sambil bermain
·
- Anak-anak belajar melalui pengalaman langsung,
melihat, menyentuh, meraba, mencium,
·
- anak-anaka belajar berkomunikasi dengan mengobrol
·
- anak-anak belajar dengan mencoba memecahkan masalah
sungguhan
·
- anak-anak tahu bahwa menyelidik dan menjelajah
bermanfaat bagi mereka
Dari kutipan
tersebut terlihat tentang cara-cara anak dalam belajar. Jadi untuk menjadikan
anak sukses belajar maka strategi yang diciptakan juga harus mempedomani
tentang bagai mana cara anak sebenarnya belajar. Penekanan yang paling penting
adalah kondisikan anak saat belajar benar-benar seperti apa kenyatannya. Sesuai
dengan prinsip mereka belajar. Karenanya,
penerapan metode role playing sangat tepat dalam mempengaruhi keberhasilan dalam
proses belajar mengajar karena proses
pembelajaran dilakukan dengan cara yang yang unik dan asyik. Sebaliknya,
kesalahan dalam menerapkan metode pembelajaran akan berakibat fatal pada
kepahaman peserta didik.
BAB
II
ISI
1. DASAR
TEORI
Metode role playing merupakan turunan
atau jenis dari metode simulasi. Metode ini, seperti banyak metode lainnya,
pada hakikatnya diangkat dari situasi kehidupan. Kanak-kanak atau bahkan remaja dan orang dewasa pun sering
melakukannnya dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan dunia kerja (Sudirman,
dkk., 1987).
Simulasi berasal dari kata simulate yang
artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar,
simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk
memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat
digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran
dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya (Sanjaya, 2010).
Apabila kita perhatikan, kanak-kanak
sering dihadapkan pada berbagai alat permainan, bermain dengan alat-alat
permainan itu dengan memberikan peranan masing-masing pada setiap alat
permainan itu, termasuk dirinya. Misalkan dia berperan sebagai ibu, bonekanya
atau benda tertentu sebagai anak, kemudian “anak” digendong sambil mengucapkan
kata “sayang”, “bobok”, dan sebagainya. Anak-anak sering bermain
kucing-kucingan dan lain-lain. Remaja dan orang dewasa sering melakukan
permainan sandiwara atau memberi contoh dengan membuat situasi tiruan tertentu.
Semuanya adalah kenyataan dalam kehidupan yang menggunakan simulasi (Sudirman,
dkk., 1987).
Dilihat dari
berbagai tiruannya, terdapat beberapa jenis simulasi. Dan diantara beberapa
simulasi itu, role playing yang akan menjadi sorotan pada pembahasan kali ini.
Role playing adalah sejenis permainan
gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang
(Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi
tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas.
Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas
dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan
memainkan peran orang lain. Dalam role playing murid diperlakukan sebagai
subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik bersama
teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan
yang berpusat pada diri murid. Jika murid secara aktif berpartisipasi, mereka
akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari. Jadi, dalam pembelajaran
murid harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran
tidak mungkin terjadi.
Selain itu, role playing atau bermain
peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan
untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau
kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang (Sanjaya, 2010).
Dengan memerankan satu atau beberapa peran tertentu, diharapkan para siswa
dapat melakukan peranan yang dituntut dalam usaha pemecahan masalah itu.
Menurut Mel Silberman (2005) dalam
bukunya “Active Learning” menjelaskan tentang Triple Role Playing atau bermain
peran tiga model. Dalam teknik ini dikembangkan permainan peran tradisional
dengan memanfaatkan tiga peserta didik yang berbeda dalam situasi permainan
peran yang sama. Ia menunjukkan pengaruh variasi gaya individual berdasarkan
situasi hasil.
Terdapat beberapa kelebihan dengan
menggunakan role playing sebagai metode menggajar, diantaranya :
1.
Siswa
beebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh
2.
Permainan
merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang
berbeda
3.
Guru
dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan
permainan.
4.
Dapat
berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.
5.
Sangat
menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh
antusias
6.
Membangkitkan
gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa
kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
7.
Dapat
menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik
butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
8.
Dimungkinkan
dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka
kesempatan bagi lapangan kerja
Selain itu, ada juga beberapa
kelemahan dari metode role playing :
1.
Metode
bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak
2.
Memerlukan
kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid.
3.
Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai
pemeran merasa malu
4.
Apabila
pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja
dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran
tidak tercapai
5.
Tidak
semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini
(www. edusogem.blogspot.com.
Diakses tanggal 14 April 2011 jam 16.16 WIB).
2. SYNTAX
Kegiatan
Guru
|
Kegiatan
Peserta Didik
|
-
Menentukan
topik
|
-
Mendengarkan
dengan seksama
|
-
Menunjuk
dua/lebih peserta didik untuk memerankan karakter (waktu 10-15 menit)
|
-
Bagi peserta didik yang ditunjuk segera maju untuk mengambil sekenario dan
mempelajarinya.
|
-
Meminta
peserta didik yang berperan untuk bertukar peran
|
-
Bagi
peserta didik yang berperan segera bertukar peran
|
-
Meminta
peserta didik memainkan sekenario di depan kelas
|
-
Bagi
peserta didik yang lain mengamati dan menuliskan tanggapan mereka
|
-
Menghentikan
role play ketika sudah mencapai puncak tinggi/dirasa sudah cukup
|
-
Bagi
pemeran segera menghentikan peran.
|
-
Bertanya
pada peserta didik tentang kesimpulan dari permainan peran
|
-
Memberikan
kesimpulan
|
-
Mengklarifikasi
kesimpulan dari permainan
|
-
Mendengarkan
dan mencatat
|
-
Memberi
kesempatan pada peserta didik untuk bertanya
|
-
Mengangkat
tangan dan bertanya
|
-
Melakukan
tindak lanjut dari hasil permainan peran
|
-
Mendengarkan,
memahami, dan mengaplikasikan
|
3. MATERI
Unsur-unsur gas mulia bersifat stabil
atau sangat sukar bereaksi. Di alam tidak ditemukan satupun senyawa dari unsur
gas mulia yang berhasil dibuat. Sementara itu, jika anda periksa senyawa dari
unsur selain gas mulia, mungkin anda akan menemukananya. Semua unsur selain gas
mulia ternyata membentuk senyawa. Bahkan banyak unsur seperti natrium, kalium, fluorin, dan klorin
yang secara alami hanya terdapat sebagai persenyawaan. Unsur-unsur tersebut dikatakan bersifat reaktif.
1.
Aturan
Oktet
Seperti telah disebutkan di atas, tidak
ditemukan satupuun senyawa alami dari gas mulia. Semua unsur gas mulia terdapat
di alam sebagai gas monoatomik (atom-atomnya berdiri sendiri). Mengapa unsur
gas mulia bersifat stabil? G. N. Lewis dan W. Kossel mengaitkan kestabilan gas
mulia dengan konfigurasi elektronnya. Gas mulia mempunyai konfigurasi penuh,
yaitu konfigurasi oktet (mempunyai 8 elektron pada kulit luar), kecuali helium
dengan konfigurasi duplet (dua elektron pada kulit luar) (Perhatikan Tabel 1).
Tabel 1. Konfigurasi Elektron
Unsur-unsur Gas Mulia
Periode
|
Unsur
|
Nomor atom
|
K
|
L
|
M
|
N
|
O
|
P
|
1
|
He
|
2
|
2
|
|
|
|
|
|
2
|
Ne
|
10
|
2
|
8
|
|
|
|
|
3
|
Ar
|
18
|
2
|
8
|
8
|
|
|
|
4
|
Kr
|
36
|
2
|
8
|
18
|
8
|
|
|
5
|
Xe
|
54
|
2
|
8
|
18
|
18
|
8
|
|
6
|
Rn
|
86
|
2
|
8
|
18
|
32
|
18
|
8
|
Unsur-unsur
lain selain unsur gas mulia menunjukkan suatu kecenderungan untuk menjadikan
konfigurasi elektronnya sama seperti gas mulia terdekat. Kecenderungan ini disebut aturan oktet. Konfigurasi oktet dapat
dicapai dengan cara serah-terima atau pemasangan elektron, yaitu ketika
atom-atom membentuk ikatan.
Contoh
: Reaksi natrium dengan klorin membentuk natrium klorida. Perhatikan
konfigurasi elektron natrium, neon, klorin, dan argon berikut ini:
10Ne :
2 8
11Na : 2
8 1 dengan melepas 1 elektron akan sama
dengan konfigurasi elektron
neon
17Cl
: 2 8 7
dengan menyerap 1 elektron akan sama dengan konfigurasi elektron argon
18Ar
: 2 8
8
Dibandingkan dengan konfigurasi gas
mulia terdekat (yaitu neon), natrium kelebihan 1 elektron. Sebaliknya, klorin
kekurangan 1 elektron. Ketika natrium direaksikan dengan klorin, maka 1
elektron berpindah dari atom natrium ke atom klorin.
|
Serah
terima elektron menghasilkan apa yang kita sebut dengan ikatan ion, sedangkan
pemasangan elektron menghasilkan ikatan kovalen (Purba, 2006).
2.
Lambang
Lewis
Lambang Lewis adalah lambang atom
disertai elektron valensinya. Lambang Lewis untuk unsur-unsur periode 2 sebagai berikut ( lihat Tabel 2).
Tabel 2. Lambang Lewis Unsur-unsur
periode 2
Lambang
Lewis unsur gas mulia menunjukkan 8 elektron valensi yang terbagi dalam 4
pasangan. Lambang Lewis unsur dari golongan lain menunjukkan adanya elektron
tunggal (elektron yang belum berpasangan).
3.
Ikatan
Ion atau Ikatan Elektrovalen
Dari ilmu fisika, kita mengenal hukum
Coulomb yang mengatakan bahwa muatan sejenis akan saling tolak-menolak,
sedangkan muatan yang berbeda akan saling tarik-menarik. Gaya tarik menarik
antar ion yang berbeeda muatan kita sebut ikatan ion. Ikatan ion disebut juga
ikatan elektrovalen. Contoh ikatan ion terdapat dalam natrium klorida (NaCl)
yang terdiri atas ion Na+ dan Cl-. Ion-ion tersebut
dikukuhkan oleh gaya tarik-menarik listrik sesuai dengan hukum Coulomb.
Pada subbab sebelumnya, telah disebutkan
bahwa ikatan antara natrium dan klorin terjadi karena serah-terima elektron.
Hal itu dapat terjadi karena natrium marupakan logam yang relatif mudah melepas
elektron (mempunyai energi ionisasi yang relattif kecil), sedangkan klorin
merupakan nonlogam dengan afinitas elektron (daya tarik elektron) yang besar.
Ketika natrium bereaksi dengan klorin, atom klorin menarik satu elektron dari
atom natrium. Atom natrium berubah menjadi ion positif, sedangkan atom klorin
berubah menjadi ion negatif. Selanjutnya, ion-ion yang berbeda muatan itu
saling tarik-menarik, sehingga terbentuklah senyawa NaCl (Purba, 2006).
Dengan menggunakan lambang Lewis,
pembentukan NaCl digambarkan sebagai
berikut :
Sumber:
www. kimia.upi.edu. Diakses tanggal 14 April 2011 jam 15.48 WIB
Unsur
apa saja yang dapat membentuk ikatan ion? Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa ikatan ion hanya dapat terjadi jika unsur-unsur yang
direaksikan mempunyai perbedaan daya tarik elektron (keelektronegatifan) yangg
cukup besar. Perbedaan daya tarik elektron yang cukup besar memungkinkan
terjadinya serah-terima elektron.
Hal seperti itu terjadi antara
unsur-unsur logam dengan nonlogam. Logam memiliki keelektronegatifan yang relatif
kecil, sedangkan nonllogam mempunyai keelektronegatifan relatif besar. Meski
ada beberapa pengecualian, untuk sementara dapatlah kita anggap bahwa senyawa
biner antara logam dengan nonlogam bersifat ionik (berikatan ion).
Mengapa rumus kimia natrium klorida
adalah NaCl (Na : Cl = 1 : 1)?
Perhatikan
kkembali konfigurasi elektron natrium dan klorin berikut :
11Na : 2 8 1
17Cl
: 2 8 7
Sesuai
dengan aturan oktet yang telah dibahas di atas, atom natrium akan melepas 1
elektron, sedangkan atom klorida akan menyerap 1 elektron. Jadi, setiap 1 atom
klorin membutuhkan 1 atom natrium. Akan tetapi, jangan diartikan bahwa satu ion
Na+ hanya terikat pada satu ion Cl-. Dalam kristal NaCl,
setiap ion Na+ dikelilingi oleh 6 ion Cl- dan setiap ion
Cl- dikelilingi oleh 6 ion Na+ dalam suatu struktur tiga
dimensi berbentuk kubus (lihat Gambar 3). Rumus kimia NaCl adalah rumus
empiris, menyatakan bahwa perbandingan ion Na+ : ion Cl-
= 1 : 1 (Purba, 2006).
Gambar
3. Struktur NaCl
Sumber
: www. kimia.upi.edu. Diakses pada tanggal 14 April 2011 jam 16.09 WIB
Sifat-sifat
dari ikatan ionik adalah :
1.
Titik leleh dan titik didih tinggi
2.
Lelehan dan larutannya menghantarkan listrik
3.
Berwujud padat pada temperatur kamar
(www.
chem-is-try.org. Diakses pada tanggal 14 April 2011 jam 16.19 WIB)
4. ARGUMEN
Selama ini banyak anggapan bahwa untuk
menanamkan konsep ikatan kimia pada siswa cukup sulit, untuk itu salah satu
konsep yang penulis anggap paling mewakili adalah pembelajaran dengan
menggunakan metode role playing. Dengan metode ini penulis berharap bahwa siswa
akan termotivasi sehingga mampu menerima dan mencerna materi dengan lebih
mudah. Selain itu dengan metode ini peneliti
berharap agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan nyaman dan
menyenangkan.
Sehubungan dengan hal diatas maka untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa tentunya minat terhadap materi pembelajaran
ikatan kimia (ikatan ion) dimunculkan dulu dengan memperhatikan kebutuhan
mereka. Oleh karena saat ini siswa lebih suka hal-hal yang bersifat ringan dan
menyenangkan, maka guru mengaitkan hal diatas dengan penggunaan metode role
playing sebagai alternatif pemecahannya.
Frank Lyman (1985) memberikan
langkah-langkah metode role playing sebagai berikut :
1. Guru
menyusun skenario yang akan ditampilkan
Skenario yang disiapkan berisi
tentang materi ikatan ion, dimulai dari proses pembentukan ion sampai
terbentuknya ikatan.
2. Menunjuk
beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum pelaksanaan kegiatan
pembelajaran
3. Memberikan
penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran
4. Membentuk
kelompok siswa yang anggotanya terdiri + 5 orang pada tiap-tiap kelompok
5. Memanggil
siswa yang ditunjuk untuk memerankan skenario
6. Masing-masing
siswa duduk di kelompoknya sambil memperhatikan skenario yang dimainkan
7. Selesai
pementasan masing-masing kelompok berdiskusi untuk mengambil kesimpulan
sekaligus mengerjakan LKS
8. Masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
9. Guru
memvalidasi kesimpulan secara umum
10. Evaluasi.
Dalam pokok bahasan ikatan kimia dan lebih khusus
lagi ikatan ionik, metode role playing dapat menjadi alternatif dalam memahami
bagaimana ikatan ion terbentuk, bahkan sampai pembentukan ion-ion negatif atau
positif. Metode ini cukup cocok karena dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan
simulasi (permainan peran) dari pembentukan ion sampai pembentukan ikatan ion.
Peserta didik juga lebih antusias dan
paham ketika melihat simuulasi yang dilakukan, bahkan hal ini akan teringat sampai
kapanpun.
Skenario Pembelajaran
Pembentukan Ikatan Ion
Na keluar dengan membawa kartu yang mewakili jumlah electron yang
dimiliki.
Na : “ Halo, saya bernama
Natrium. Saya punya 11 elektron sehingga saya punya 3 kulit. Coba lihat (
sambil menunjukkan kartunya ). Tapi saya ingin stabil, tentunya teman-teman
tahu kan caranya menjadi stabil ? Nah, sebaiknya kartuku yang satu ini saya
buang saja ya ( sambil membuang satu kartunya ). Nah sekarang saya sudah
menjadi ion Na+ .”
Cl keluar dengan membawa kartu yang mewakili
jumlah electron yang dimiliki.
Cl : “ Hey, nama saya
klor. Saya punya 17 buah electron. Jumlah kulit saya juga 3 lho ( sambil
memperlihatkan kartunya ). Saya punya 7 elektron valensi. Seperti halnya
Natrium , saya juga ingin stabil. Tapi kalo saya harus membuang 7 elektron bisa-bisa
energiku terkuras habis, maka sebaiknya saya ambil satu electron saja dari luar
supaya electron valensiku menjadi 8. Nah, gimana kalo punyamu yang kamu buang
tadi saya ambil saja, toh kamu nggak membutuhkan lagi, boleh nggak ?”
Na : “ Okelah, toh saya
sekarang sudah tidak butuh lagi. Nih ambil.”
Cl : (sambil mengambil
kartu milik Na yang dibuang ) “ Wah, makasih ya, sekarang saya telah menjadi
ion negatif. Jadi sekarang saya punya nama baru , mau tahu nggak ? Yah, namaku
sekarang menjadi ion klorida.”
Na : “ O iya, tadi kamu kan sudah keberi
satu elektronku. Sekarang kamu sudah menjadi ion
negatif, sementara aku ion positif. Gimana kalo kita bersatu saja, setuju
nggak? Maksudku kita ini saling mengikatkan diri gitu lho.”
Cl : Gimana ya , okelah
aku setuju. Toh ini saling menguntungkan bagi kita.”
Na dan
Cl saling berdekatan kemudian bergandengan tangan.
Na dan Cl : “ Nah teman-teman,
sekarang kami sudah bersatu. Kami saling berikatan satu sama lain dengan ikatan
ion karena kami terbentuk dari ion positif dan ion negatif. Perlu teman-teman
ketahui ya, senyawa yang kami bentuk ini namanya senyawa ion.”
Na dan Cl masuk kembali tetap dengan bergandengan tangan.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Metode role
playing merupakan turunan atau jenis dari metode simulasi. Metode ini, seperti
banyak metode lainnya, pada hakikatnya diangkat dari situasi kehidupan.
Kanak-kanak atau bahkan remaja dan orang
dewasa pun sering melakukannnya dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan dunia
kerja
Dalam role playing murid diperlakukan
sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik bersama
teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan
yang berpusat pada diri murid. Jika murid secara aktif berpartisipasi, mereka
akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari. Jadi, dalam pembelajaran
murid harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran
tidak mungkin terjadi.
Dengan metode role playing siswa akan termotivasi sehingga mampu
menerima dan mencerna materi ikatan kimia (ikatan ion) dengan lebih mudah.
Selain itu dengan metode ini peneliti
berharap agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan nyaman dan
menyenangkan.
2. SARAN
a. Sebaiknya
setiap guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi yang disesuaikan
dengan materi yang diajarkan.
b. Dalam
setiap kegiatan pembelajaran sebaiknya guru selalu memberikan dorongan pada
siswa agar lebih termotivasi dalam mengikuti KBM.
c. Seharusnya
guru tidak segan untuk selalu memberikan penghargaan kepada siswa supaya lebih
termotivasi.
BAB
IV
DAFTAR
PUSTAKA
Purba, Michael. 2006. KIMIA untuk SMA Kelas X Semester 1. Jakarta: Erlangga
Sanjaya,
Wina. 2010. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group
Silberman,
Mel. 2005. Active Learning 101 Strategi
Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Yappendis
Sudirman, dkk,. 1987. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remadja Karya
Hadfield, J. 1986. Harap’s
communication games. Australia: Thomas Nelson and Son Ltd.
www.http://gooogle/wordpress.com. diakses tanggal 19 November 2009.
www.
chem-is-try.org. Diakses pada tanggal 14 April 2011 jam 16.19 WIB
www.
kimia.upi.edu. Diakses tanggal 14 April 2011 jam 15.48 WIB
www. edusogem.blogspot.com.
Diakses tanggal 14 April 2011 jam 16.16 WIB